Foto: Herin Theo |
Foto: Herin Theo |
Brauk adalah sebuah pesta adat. Dilangsungkan sebagai ungkapan syukur atas panen. Juga sebagai persiapan untuk tahap menanam berikutnya. Rangkaian pesta brauk ini sudah dan terus dilakukan turun temurun oleh masyarakat Lewolo, desa Kalike Aimatan, kecamatan Solor Selatan. Hari Rabu, tepatnya 20 Juni 2018, saya mengikuti rangkaian upacara warisan leluhur ini. Rangakaian kegiatan ini sungguh berkesan bagi saya.
Kampung adat Lewolo berada di dataran tinggi. Jalan menuju perkampungan adalah jalan bebatuan alami yang disusun begitu rapi. Menurut penuturan warga setempat, jalan batu yang disusun rapi ini sudah ada sejak dulu kala. Sepanjang perjalanan kita diapiti oleh rumput ilalang yang pada musim kering ini berwarna kuning. Mata kita dimanjakan dengan kontras hamparan bebatuan yang diselingi ilalang kering.
Semakin menanjak, semakin seru perjalananya. Kita akan menemukan batu-batu besar yg berdiri tegak bak menara. Saya sempat beristirahat empat kali karena lelah. Tetapi saya menemukan udara yang adem dan pandangan panorama pantai. Semakin menanjak semakin cantik.
Penataan letak rumah-rumah di kampung lama tampak sungguh eksotik. Tataletak ini mengikuti warisan sejak dulu. Saya membayangkan modelnya seperti sawah berundak-undak. Dan pada poros tengahnya, kita menemukan halaman kosong. Ini adalah tempat dilakukan upacara adat dan tari-tarian. Saya menginap di sebuah rumah beratap alang-alang. Nuansa lokal begitu terasa. Fasilitas untuk pengunjung pun cukup tersedia. Ada MCK umum yang di bangun dari dana desa.
Mengikuti upacara ini, saya memaknainya sebagai ungkapan syukur atas kerja saya selama setahun. Dan juga sebagai permohonan berkat untuk pekerjaan berikutnya. Ini adalah makna yang bisa saya petik dari upacara syukur panen ini.
Sebenarnya, makanan di resto mewah memang lebih nikmat di lidah. Tapi saya jamin makanan di upacara Brauk lebih lezat karena merupakan warisan, baik dari menu maupun cara penyajiannya. Di sana juga kita temukan kesan seperti reuni keluarga dan suku-suku karena semuanya ikut berkumpul.
Di Kalike Aimatan dikenal legenda Markama. Markama adalah salah satu leluhur yang konon dengan kekuatan mistis mampu mendatangkan hujan saat Lewolo dilanda kekeringan. Konon, Markama mendapat hujan dari Atapupu, Tanah Timor. Diceritakan bahwa Markama berhasil menolong seorang Ibu yang tengah melahirkan. Sebagai tanda terimakasih, ia diberikan sebuah batu yang dapat mendatangkan hujan.
Ritual Brauk berlangsung selama semalam. Pagi harinya semua warga kembali ke rumah masing-masing. Persiapan upacara ini sendiri menelan waktu satu sampai dua minggu. Sementara penetapan waktu ritual dibuat dengan melihat tanda-tanda kemunculan bulan. Pesta Brau sendiri didahului dengan tradisi Lori, yaitu kegiatan berbagi hasil pangan. (Teks: Theo Herin)
Foto: Herin Theo |
Foto: Herin Theo |
Foto: Herin Theo |
Foto: Herin Theo |
Foto: Herin Theo |